Yayasan Sahabat Valencia Peduli    Blood4LifeID.com   

Sponsor

Central Spring Bed - Official Beds of Rumah Harapan

Astra International untuk Ruang Inspirasi Astra

JYSK

Central Spring Bed - Official Beds of Rumah Harapan

Kansai Paint - Official Coating of Rumah Harapan



JYSK

Perjuangan Tanpa Batas Daniel

 

Panggil saja Daniel. Nama lengkapnya Daniel Pradisa Apista. Dia lahir di Batam, 5 Juli 1999. Remaja ini didiagnosa menderita Penyempitan Urat Syaraf atau Distonia sejak masih berusia dua tahun.

 

Awalnya, Daniel lahir seperti layaknya anak-anak pada umumnya. Namun, menginjak usia dua tahun, ibunya menyadari adanya benjolan yang memanjang pada paha kanan Daniel.

 

Melihat kondisi itu, beliau awalnya hanya mengira hal tersebut sebatas benjolan biasa layaknya gigitan serangga atau bahkan udara yang kurang bagus di sekitar rumah tinggalnya. Alhasil, ibunya hanya membasuh benjolan tersebut dengan peralatan medis seadanya.

 

IMG_2100

 

Setelah mendapat pertolongan pertama, benjolan tersebut memang sempat hilang dengan sendirinya dalam tempo dua hari. Namun, setelah itu justru di bagian tubuh yang tadinya ada benjolan tersebut jadi tidak bisa digerakkan.

 

Karena khawatir terjadi sesuatu yang serius, akhirnya orang tua Daniel langsung merujuknya ke rumah sakit. Dengan dana seadanya dari penghasilan sang ibu sebagai penjual sayur mayur di pasar tradisonal, Daniel mendapatkan perawatan.

 

Namun karena keterbatasan alat medis, rumah sakit kota Batam memberikan rujukan untuk membawa Daniel sesegera mungkin ke RSCM di Jakarta. Sayangnya, keluarga Daniel tak punya cukup dana untuk berangkat ke Jakarta.

 

Untunglah, sang ibunda yang merupakan ketua perkumpulan aktivis gereja di kota Batam, mendapatkan bantuan dari rekan-rekannya di gereja. Daniel akhirnya juga bisa berangkat berkat bantuan dana juga dari para tetangganya.

 

Sekarang usia Daniel sudah menginjak usia 16 tahun. Dalam kondisinya yang terbatas, Daniel masih mengenyam bangku sekolah. Daniel bahkan terbilang sangat cerdas. Saat masih kelas 3 SMP, dia masuk peringkat satu. Daniel juga menjadi salah satu murid tercerdas di sekolahnya.

 

IMG_2131

 

Semasa masih aktif bersekolah, tantangan Daniel tidaklah mudah. Daniel pada awalnya enggan pergi dari Batam ke Jakarta karena ingin menjalani ujian di sekolahnya. Dan meski mengalami kesulitan karena harus naik ke lantai dua sekolahnya, namun hal tersebut tidak menghalangi Daniel untuk ikut dalam ujian.

 

Saat tangan kanan Daniel menjadi kaku setelah muncul benjolan seperti halnya pada kaki kanannya, semangat Daniel untuk bersekolah juga tak putus. Bahkan berkat semangat pantang menyerahnya, dia berusaha belajar untuk menulis menggunakan tangan kiri karena enggan membebani teman satu kelasnya.

 

Namun saat hal yang sama kembali terjadi pada tangan kiri Daniel, dirinya hampir tidak bisa menggunakan kedua tangannya untuk menulis. Tapi tetap saja, kondisi itu tidak menyurutkan semangatnya. Dia bahkan sampai meminjam catatan dari teman untuk dibawanya ke rumah dan meminta sang ibu untuk menyalin catatan tersebut untuk Daniel belajar saat ujian sekolah nanti.

 

Kini, distonia yang diidap Daniel semakin menggerogoti tubuhnya mulai dari rongga mulut, leher, hingga ujung kaki. Ini membuat Daniel tidak mampu lagi berjalan normal lagi dan harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas.

 

Saat ini, Daniel juga hanya bisa memakan makanan yang halus karena sudah sulit untuk membuka mulut.

 

Sekarang, Daniel sedang menjalani proses terapi rutin di RSCM. Yuk, kita doakan Daniel agar sakit yang dialami bisa sembuh secara total dan dia bisa beraktivitas kembali seperti sebelumnya. (toni hutama)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *