Yayasan Sahabat Valencia Peduli    Blood4LifeID.com   

Sponsor

Central Spring Bed - Official Beds of Rumah Harapan

Astra International untuk Ruang Inspirasi Astra

JYSK

Central Spring Bed - Official Beds of Rumah Harapan

Kansai Paint - Official Coating of Rumah Harapan



JYSK

Mumuh – Bogor

Nama: Mumuh

TTL: Bogor, 18 Juni 2004

Golongan Darah: O

Hobi: Main mobil-mobilan, makan buah-buahan

Nama Ayah: Mamat

Pekerjaan Ayah: Pedagang bakso keliling

Nama Ibu: Siti

Pekerjaan Ibu: Ibu Rumah Tangga

 

IMG20171226180149

 

Sebagai salah satu anggota geng remajanya RHI Jakarta, Mumuh juga jadi salah satu pasien yang paling ngemong ke pasien-pasien lainnya yang lebih kecil. Dia sering ajak main adik-adik pasien, yang bikin rumah kami jadi makin ramai dengan keceriaan anak-anak. Padahal, Mumuh sudah tidak bisa berjalan. Pangkal pahanya membengkak sangat besar karena penyakit kanker tulang yang dideritanya.

 

Semua berawal pada Desember 2016. saat itu, Mumuh sedang main sepak bola. Saking seriusnya bermain, dia sampai jatuh. Sehabis jatuh, Mumuh pun dipijat. Namun meski sudah dipijat, kaki Mumuh tak juga sembuh. Dia masih susah jalan. Sampai tiga bulan kemudian, bukannya sembuh, kaki kanan Mumuh malah bengkak. Makin lama, bengkak di pangkal pahanya malah makin besar. Sayang sekali, karena tidak ada biaya yang cukup, bukannya dibawa ke rumah sakit, Mumuh malah cuma dipijat berkali-kali.

 

Sampai akhirnya, bengkak di pangkal paha Mumuh sudah berdiameter lebih dari lima cm, dan akhirnya dia dibawa ke rumah sakit di Leuwiliang. Di sini, hasil pemeriksaannya benar-benar bikin kaget. Kaki kanan Mumuh harus diamputasi. Karena tak yakin, Mumuh lalu dibawa lagi ke rumah sakit di Kota Bogor pada September lalu. Namun hasilnya tetap sama; kaki kanan Mumuh harus diamputasi.

 

IMG20171226162125

IMG20171226180158

 

Akhirnya, tak lama dari situ, Mumuh dibawa ke RS Harapan Kita, Jakarta. Di sana, Mumuh sudah dikemo tiga kali. Selama menjalani kemo, Mumuh harus balik-balik Bogor-Jakarta-Bogor dalam sehari. Sudah pasti keluar biaya banyak. Soalnya, rumah Mumuh di Bogor sangat jauh dari kota. Tepatnya ada di Desa Sipayung, Pasar Cigudeg, Kecamatan Sukajaya. Kalau ada jadwal kemo di Jakarta, Mumuh dan keluarganya harus berangkat dari rumahnya pukul 3 dinihari. Biaya sekali jalan per harinya mencapai Rp1 juta. Padahal, pendapatan ayah Mumuh hanya dari berjualan bakso. Itu pun masih harus membiayai 3 saudara kandung Mumuh lainnya.

 

Sekarang, Mumuh sedang menunggu hasil evaluasi kemonya. Dari sini, baru akan dicari tindakan medis berikutnya. Semoga apa pun hasilnya, Mumuh bisa sehat lagi dan bisa main kayak dulu lagi 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *