Kondisi Rahma Nur Afifah boleh jadi tidak sempurna. Banyak orang yang akan iba melihat bocah 2,8 tahun dari Kalianda, Lampung ini. Kepalanya membesar karena celebral palsy. Kaki, tangan, dan segenap ototnya juga kaku karena dia juga menderita Spastic (kekakuan otot). Namun banyak orang juga akan senang dan hangat hatinya jika melihat senyum Rahma yang manis sekali.
Menurut ibunda Rahma, Anjar Suwarni, Rahma lahir dalam kondisi sungsang. Sejak itu, posisi kaki dan kepalanya pun seolah menyatu dan sulit dipisah. Melihat kondisi anaknya yang tidak normal tersebut, termasuk kakinya yang membiru, Ibu Anjar lalu membawa Rahma berobat ke ortopedi.
Salah satu tempat Rahma berobat adalah ke Rumah Sakit Umum Islam (RSUI) Kustati di Solo. Rahma sempat menjalani pengobatan di sana selama 4 bulan pada tahun 2013 silam. “Bolak-balik dari Lampung ke Solo. Ya makan biaya juga,” kata Ibu Anjar.
Meski begitu, dokter pada akhirnya menganjurkan Rahma dibawa ke RSCM, Jakarta. Pada Mei 2014 lalu, Rahma pun dibawa ke RSCM dan sempat tinggal di rumah singgah RSCM sebelum akhirnya pindah ke Rumah Harapan VCF.
“Waktu itu uang sudah gak ada. Supaya bisa hidup dan Rahma bisa berobat, akhirnya tahun 2014 suami saya pergi jadi TKI ke Malaysia. Kerja jadi buruh bangunan,” kata Ibu Anjar sambil berurai air mata mengenang masa-masa sulitnya.
Kini, Rahma harus menjalani rangkaian terapi yang panjang. Mulai dari ke poli ortopedi seminggu sekali, poli gizi sebulan sekali, ke bagian THT, terapi wicara, juga pemeriksaan ke bagian neuro. Ini karena ukura otak Rahma yang kecil, dan ada banyak cairan di dalamnya. “Terapi neuro ini agar otak Rahma bisa berkembang dan cairannya bisa hilang,” terang Ibu Anjar.
Sebelumnya, Rahma juga sudah menjalani operasi untuk membuat kakinya bisa berbentuk lurus. Setelah operasi, kaki Rahma yang kini masih digibs memang terlihat lebih lurus. “Untuk pemulihan juga harus pakai sepatu KAFO yang harganya 3 juta,” ujar Ibu Anjar yang menggunakan kartu BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) untuk pengobatan Rahma.
Perjalanan pengobatan Rahma memang masih sangat panjang. Namun Ibu Anjar optimistis dengan kondisi Rahma. “Lama memang tapi bisa. Kayak tangan Rahma yang tadinya gak bisa digerakkin, diterapi selama 2 tahun, sekarang sudah bisa gerak,” katanya tersenyum.
Hidup memang selalu tentang perjuangan yang tiada lelah ya, bu. Semangat terus untuk Ibu Anjar dan Rahma. Kami di RHVCF akan selalu mendampingi 🙂
Recent Comments